JULI BERBISIK RINDU

Merenda waktu tanpa kamu, gersang terasa tak jua usai

Walau aku memacu langkah, mengejar mu aku tak henti

Wahai puan nan pesona, sudi engkau membalas sapa

Di bulan Juli merindumu, ingin aku bertatap mata

Malaikat lembut yang kudamba, jaga aku tetap merindu, merindumu dikala malam hingga mimpi berarak senyummu

Gadis manis sejuta lembut, tarik aku dalam pelukmu, dekap aku dalam sayapmu, aku menunggumu untuk bersua, melepas rindu sejak berpisah.

Gadis manis berambut indah, tatap aku tanpa amarah, sebab rinduku begitu bergelora

Bidadari permata hati, senyumlah dinda penuh cinta
Karena asmaraku penuh bunga

Dinda Mahadewiku, jika bertemu tetaplah merindu, jika berpisah kekallah cintamu.

Langit Medan060720

Cerita Hari Ini Tentang Kamu

Mendung di Minggu sore ini menutupi cahaya mentari yang mestinya masih  bersinar, sore yang nanar pun terasa begitu cepat mengantar senja. Seperti sahabat, semilir anginpun menghembus sebagian daun pisang yang merunduk dibalik pagar depan rumah lalu mengantarkan angin tersebut ke bunga bunga pagar ditepi saung yang rantingnya terlambat dipotong hingga daunnya  menjulang tinggi.

Sementara pandanganku kuarahkan ke langit yang kian menghitam,  kuangkat gelas kopiku berwarna ungu tua, kembali kuteguk kopi susu bercampur jahe hingga aromanya tersisa dilidah.

Sore ini, hatiku kembali berpacu. Dalam sepi yang berbisik. Dalam alam yang begitu indah. Dalam hidup yg penuh makna. Dalam sejarah yang terulang. Aku jatuh cinta.

Jatuh cinta Kepadamu gadis bermata indah, gadis sejuta kelembutan.

Telah kulukiskan indahnya matamu, dengan kelopaknya yang bagai bulan sabit mengintip malam,   dan alismu yg teratur beriring. Sangkin rapinya tersusun, ingin kuhitung jumlahnya, bulu yang menghiasi wajahmu begitu memikat. aku jatuh cinta.

Telah kulukiskan kecantikanmu dengan atau tanpa gincu, indahnya rambutmu laksana mahkota para bidadari surga. Aku jatuh cinta.

Tak pernah cukup kata, melukiskan sang pujaan hati. Tak pernah kutemukan perempuan secantik kamu, seindah senyummu, semenarik lakumu, selembut kata katamu. Suaramu bagai alunan simphony yang harmonis. Lembut didengar menyentuh kalbu. Tak pernah bosan mendengarnya. Aku sering berdiam diri, menahan mulutku berbicara  agar aku mendengar suaramu lebih banyak, lebih jernih, menikmatinya bagai seorang anak menanti timangan sang ibu. Ya, karena kamu selembut ibuku, selembut suaranya, selembut hatinya.

Kukagumi semua tentangmu, dalam indahnya takdir yang mempertemukan kita. Hingga kusebut dirimu Malaikat. Kenapa? Karena hadirmu telah mengubah semua tentangku, tentang hidupku, tentang semangatku, tentang masa depanku, dan sungguh mengubah semua tentang hidupku. Aku yang telah jatuh dalam banyak kegetiran, dalam banyak kekecewaan, kini terobati, bangkit dan bergairah kembali jalani hidup. Kelembutanmu mengubah semua. Aku berubah karena hadirmu Sang Malaikat Lembutku.

Ah…azan magrib  berkumandang, mendung itu tak surut walau hujan tak kunjung turun. Kuhabiskan kopi susu itu, dan aku beranjak dari kursi rotan bercat putih itu.

Terimakasih sang pembawa kebaikan.

 Aku jatuh cinta.

Tito290320